Makalah:
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
KEPRIBADIAN
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN
SMK AL-KHAIRAT BAHODOPI
TAHUN 2015
KATA
PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan
pencipta alam semesta yang menjadikan
bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang
berfikir. Dan sungguh berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah
ini demi memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Semester 2
Kelas X Jurusan Geologi Pertambangan SMK Al-Khairat Bahodopi.
Penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapakan banyak
terimakasih.
Saya menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan
segala kerendahan hati
kami mengharapakan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya
kinerja kami yang akan mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.
Labota, 09 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
COVER .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................. iii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. LatarBelakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Faktor Keturunan (Heredity) Warisan Biologis ......................... 3
B. Faktor Kebudayaan ................................................................... 5
C. Faktor Sosial .............................................................................. 9
BAB III.
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kepribadian individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor hereditas dan lingkungan.
Faktor hereditas yang mempengaruhi kepribadian antara lain : bentuk tubuh,
cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua. Adapun faktor
lingkungan antara lain : lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. Disamping itu, meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan., kenyataannya sering ditemukan perubahan
kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh fakor penggangguan fisik
dan lingkungan.
Keluarga dipandang sebagai penentu
utama penbentukan kepribadian anak. Alasannya adalah (1) keluarga adalah
kelompok sosial pertama
yang menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak hanya menghabiskan waktunya
hanya di lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan “
signifiakan people” bagi penbentukan kepribadian anak.
Di samping itu, keluarga juga
dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insan, terutama bagi
pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orang
tua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun
kebutuhan sosio-psikologisnya. Apalagi anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya, maka anak cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat.
Perlakuan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan yang diberikan kepada anak,
baik nilai agama maupun sosial budaya merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak untuk menjadi pribadi dan menjadi masyarakat yang sehat dan
produktif.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang
menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu Fakto-Faktor
Apa Saja Yang Mempengahuri Dalam Pembentukan Kepribadian?
C. Tujuan dan
Manfaat
1.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi dalam pembentukan kepribadian.
2.
Manfaat
1.
Sebagai sumber bacaan dan tambahan
bagi semua pihak yang ingin mengetahui Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi dalam Pembentukan Kepribadian.
2.
Sebagai bahan perbandingan dengan
makalah lain yang mengangkat masalah yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
Purwanto,
Ngalim (2006). mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian itu dibagi dalam 3 faktor yaitu Faktor biologis, Faktor
sosial dan Faktor
kebudayaan.
A.
Faktor
Keturunan (heredity) Warisan Biologis
Faktor
biologis yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering kali
disebut faktor fisiologi. Dewasa ini ada kedua psikologi Sosial (dengan huruf S
besar). Ini menunjukkan dua pendekatan dalam psikologi , sosial: ada yang
menekankan faktor-faktor psikologis dan ada yang menekankan faktor-faktor
sosial; atau dengan istilah lain: faktor-faktor yang timbul dari dalam diri
individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar
diri individu (faktor environmental). Manakah di antara dua pendapat ini yang
benar dengan menggunakan istilah Edward E. Sampson (1976) antara perspektif
yang berpusat pada personal (person-centered perspective) dengan perspektif
yang berpusat pada situasi (situation-centered perspective). Seperti juga
konsepsi tentang manusia, yang benar tampaknya interaksi di antara keduanya.
Karena itu, kita akan membahasnya satu per satu, dimulai dengan perspektif yang
berpusat pada personal.
Perspektif
yang berpusat pada personal mempertanyakan factor-faktor internal apakah, baik
berupa sikap, instink, motif, kepribadian, sistem, kognitif yang menjelaskan
perilaku manusia. Secara garis besar ada dua faktor: faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis.
Faktor
Biologis Manusia adalah makhluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan yang
lainnya. Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh jam, kucing pun demikian.
Ia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, begitu pula monyet ia
melarikan diri kalau melihat musuh yang menakutkan. Faktor biologis terlibat
dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor
sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat
diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang
diterima dari kedua orang tuanya. Begitu besarnya pengaruh warisan biologis ini
sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk
agama, kebudayaan, moral, berasal dari struktur biologinya. Aliran ini menyebut
dirinya sebagai aliran sosiobiologi (Wilson, 1975).
Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada gambar wanita cantik. Kekurangan tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudah tersinggung dan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya. Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar makhluk bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain.
Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat komponen-komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.nilai.
Ada beberapa peneliti yang menunjukkan pengaruh motif biologis terhadap perilaku manunusia. Tahun 1950 Keys dan rekan-rekannya menyelidiki pengaruh rasa lapar, Selama 6 bulan, 32 subjek bersedia menjalani eksperimen setengah lapar. Selama eksperimen terjadi perubahan kepribadian yang dramatis. Mereka menjadi mudah tersinggung, sukar bergaul, dan tidak bisa konsentrasi. Pada akhir minggu ke-25, makanan mendominasi pikiran, percakapan, dan mimpi. Laki-laki lebih senang menempelkan gambar coklat dari pada gambar wanita cantik. Kekurangan tidur juga telah dibuktikan rneningkatkan sifat mudah tersinggung dan tugas-tugas yang kompleks atau memecahkan persoalan. Kebutuhan.akan rasa aman, menghindari rasa sakit, dapat menghambat kebutuhan-kebutuhan lainnya. Walaupun demikian, Manusia bukan sekadar makhluk biologis. Kalau sekadar makhluk bialogis, ia tidak berbeda dengan binatang yang lain.
Kura-kura Galapagos yang hidup sejak sekian ribu tahun yang lalu bertingkah laku yang sama sekarang ini. Tetapi, perilaku orang Jawa di zaman Diponegoro.sudah jauh berbeda dengan perilaku mereka di zaman Suharto. Menurut Marvin Harris, antropolog terkenal dari University of Florida, agak sukar kita menjelaskan perubahan kultural ini pada sebab-sebab biologis (Rensberger, Dialogue, 1/1984:38). Ini hanya dapat dijelaskan dengan melihat komponen-komponen lain dari manusia, yakni faktor-faktor sosiopsikologis.nilai.
B. Faktor Kebudayaan
Perkembangan
dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing anak/orang tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan. Seorang anak
Indonesia misalnya, jika sejak kecil dibawa ke London dan dibesarkan serta
dipelihara oleh orang Inggris dengan kebudayaan Inggris, jangan diharap bahwa
keperibadian anak itu akan sama atau mirip dengan kepribadian orang-orang
Indonesia lainya. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian sangat erat
pengaruhnya, kepribadiaan seseorang tidak dapat diukur atau dinilai, tanpa
menyelidiki latar belakang kebudayannya.
Beberapa
aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian,
Yaitu:
1. Nilai-nilai
(Values)
Di
dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Mentaati dan mematuhi
nilai-nilai hidup di dalam kebudayaan itu menjadi idaman dan kewajiban bagi
setiap anggota masyarakat kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota
suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat itu. Disamping itu, lingkungan masyarakat itu sendiri seperti masyarakat desa, masyarakat kota, kota besar, pulau-pulau terpencil, dan sebagainya, tidak dapat kita abaikan.
Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan kepercayaan, agama, adat istiadat, kebiasaan dan tradisi yang dianut oleh masyarakat itu. Disamping itu, lingkungan masyarakat itu sendiri seperti masyarakat desa, masyarakat kota, kota besar, pulau-pulau terpencil, dan sebagainya, tidak dapat kita abaikan.
2. Adat
dan Tradisi
Di
setiap daerah terdapat adat dan tradisi yang berlainan. Dalam hal perkawinan,
bagaimana hubungan bujang dan gadis di waktu remaja, bagaimana cara-cara
melamar, cara menentukan/memilih hari pernikahan, upacara-upacara pesta
mempertemukan pengantin dan sebagianya; hampir setiap daerah mempunyai
ciri-ciri khas masing-masing. Demikian juga dalam hal upacara-upacara adat dan
kepercayaan lainnya. Seperti kita ketahui, adat Minangkabau berlainan dengan
adat Batak, meskipun letak daerahnya tidak begitu berjauhan. Tradisi hidup di
Jawa Tengah tidak sama dengan tradisi yang berlaku di Aceh misalnya. Adat dan
tradisi yang berlaku di suatu daerah, disamping menentukan nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak
dan bertingkah laku manusia-manusianya.
3. Pengetahuan
dan Ketrampilan
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Tiap orang
memiliki pengetahuan yang barlain-lainan, dari pengetahuan yang sangat
elementer sampai kepada yang tinggi dan luas. Juga jenis pengetahuan yang
dimilikinya berlainan pula. yang seorang ahli dalam ekonomi, yang lain ahli
dalam ilmu kedokteran, yang lian lagi mahir dalam ilmu pertanian, dan
sebagainya.
Demikian pula kecakapan dan ketrampilan seseorang membuat
atau mengerjakan sesuatu adalah merupakan bagian dari kebudayaan. Ada orang
yang pandai dalam membuat hasil-hasil pekerjaan tangan tertentu, ada yang
pandai berpidato, cakap mengendarai kuda , pandai membuat kapal terbang, pandai
mengajar dan sebagainya. Tinggi rendahnya pengetahuan dan ketrampilan seseorang
atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat
itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupan manusia-manusianya.
4. Bahasa
Di
samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan
juga salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu
kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki
bahasa itu. Pertama, kita mengetahui bahwa bahasa itu merupakan alat komunikasi
antara individu yang sangat penting. Kedua, bahasa adalah alat berpikir bagi
manuasia. Dengan demikian maka jelas, bagaimana sikap dan cara-cara kita
bertindak dan bereaksi terhadap orang-orang lain, bagaimana pergaulan kita
dengan mareka, pendeknya bagaimana cara-cara kita hidup bermasyarakat,sebagian
besar dipengaruhi oleh bahasa yang kita miliki dan oleh bahasa yang berlaku
dalam masyarakat itu.
Kata-kata seperti. “Bahasa mencerminkan kepribadian bangsa””, adalah banyak mengandung kebenaran yang dapat kita terima. Disetiap daerah di dunia ini, bahasa berkembang sejajar dengan perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Demikianlah bahasa merupakan fakror kebudayaan yang sangat penting, dan turut mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian seseorang
Kata-kata seperti. “Bahasa mencerminkan kepribadian bangsa””, adalah banyak mengandung kebenaran yang dapat kita terima. Disetiap daerah di dunia ini, bahasa berkembang sejajar dengan perkembangan kebudayaan masyarakatnya. Demikianlah bahasa merupakan fakror kebudayaan yang sangat penting, dan turut mempengaruhi dan bahkan menentukan kepribadian seseorang
5. Milik
kebendaaan (material possessions)
Milik
yang berupa benda-benda yang dipunyai serta dipergunakan oleh manusia, termasuk
juga ke dalam kebudayaan “When we speakl of cultural, we refer to the principal
ways of behaving, the values, and the material possessions of a people.”
Demikian dikatakan oleh Sartain.
Demikian juga alat-alat transportasi (dari gerobak sampai kepada kapal terbang), alat alat komunikasi (dari alat yang sederhana sampai kepada telepon,radio dan televisi, Hand Phone), dan macam-macam produksi dari hasil kerja tangan sampai kepada hasil-hasil pabrik dengan mesin-mesin modern, semua termasuk kedalam pengertian kebudayaan. Milik kebendaan lain yang termasuk juga kedalam kebudayaan ialah milik yang berupa/berbentuk kekayaan dan kemakmuran.
Demikian juga alat-alat transportasi (dari gerobak sampai kepada kapal terbang), alat alat komunikasi (dari alat yang sederhana sampai kepada telepon,radio dan televisi, Hand Phone), dan macam-macam produksi dari hasil kerja tangan sampai kepada hasil-hasil pabrik dengan mesin-mesin modern, semua termasuk kedalam pengertian kebudayaan. Milik kebendaan lain yang termasuk juga kedalam kebudayaan ialah milik yang berupa/berbentuk kekayaan dan kemakmuran.
Makin
maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa makin maju dan modern pula alat-alat
yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi
kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
C. Faktor
Sosial (social environment)
Yang
dimaksud dengan faktor sosial ialah masyarakat; yakni manusia-manusia lain
disekitar individu yang mempengaruhi individu yang bersangkutan. Faktor-faktor
Sosiopsikologis adalah proses sosial dimana ia memperoleh beberapa
karakteristik yang mempengarahi perilakunya, hal ini dapat kita
mengklasifikasinya ke dalam tiga kamponen yaitu komponen afektif, komponen
kognitif, dan kornponen konatif. Komponen afektif merupakan aspek emosional
dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang
berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek
volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Motif Sosiogenesis yaitu sering juga
disebut motif sekufider sebagai lawan motif primer (motif biologis), sebetulnya
bukan motif anak bawang. Tetapi peranannya dalam membentuk perilaku sosial
sangat menentukan
Secara
singkat, motif-motif sosiogenesis dapat disebutkan sebagai berikut:
a.
Motif
ingin tahu, mengerti, menata dan menduga. Setiap orang berusaha mengerti
(memahami) arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan (frame of
freference) untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang
sesui.
b.
Motif
kompetensi, setiap orang ingin membuktikan bahwaia mampu mengatasi persoalan
apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional.
c.
Motif
cinta Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan
kepribadian. Orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebagai anggota sukarela
dan bukan yang sukar rela.
d.
Motif
harga diri dan kebutuhan untuk mencari indentitas. Erat kaitannya dengan
kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah
kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita
bukan saja dianggap bilangan, tetapi juga diperhitungkan. Karena itu, bersamaan
dengan kebutuhan akan harga diri, orang mencari identitas dirinya. Hilangnya
identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis (penyakit): impulsif,
gelisah, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
e.
Kebutuhan
akan nilai, dambaan dan makna kehidupan. Dalam menghadapi gejolak kehidupan,
manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan
atau memberikan makna pada kehidupannya. Termasuk ke dalam motif ini ialah
motifmotif keagamaan. Bila manusia kehilangan nilai, tidak tahu apa tujuan
hidup sebenarnya, ia tidak memiliki kepastian untuk bertindak. Dengan demikian,
ia akan lekas putus asa dan kehilangan pegangan.
f.
Kebutuhan
akan pemenuhan diri. Kita bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, kita juga
ingin meningkatkan kualitas kehidupan kita; ingin memenuhi potensi-potensi
kita. Dengan ucapan Maslow sendiri. What a man can be, he must Kebutuhan akan
pemenuhan diri dilakukan melalui berbagai bentuk: (1) mengembangkan dan menggunakan
potensi-potensi kita dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan
seni, musik, sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif; (2)
memperkaya kualitas. kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas
pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan jalan darmawisata; (3) membentuk
hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di sekitar kita; (4)
berusaha manusia , menjadi persona yang kita dambakan (Coleman, 1976:105).
Sejak
dilahirkan, anak telah bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Pertama - tama
dengan keluarganya - terutama ibu dan ayah - kemudian dengan anggota keluarga
lainnya, seperti kakak, adik, dan pembantu rumah tangga. Dalam perkembangan
anak pada masa bayi dan kanak-kanak, peranan keluarga, terutama ibu dan ayah,
sangat penting dan manentukan bagi pembentukan kepribadian anak selanjutnya.
Demikian pula traidsi, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam
keluarga itu.
Keadaan
dan suasana keluarga yang berlain-lainan, memberikan pengaruh yang
bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Keluarga yang besar (
Banyak anggota keluarganya ) berlainan pengaruhnya dari pada keluarga yang
kecil. Keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga
yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan
keluarga yang miskin.
Yang
dimaksud dengan suasana keluarga, ialah bagaimana interrelasi antara
anggota-anggota keluarga. Ada keluarga yang selalu diliputi ketentraman dan
kemesraan; ada pula keluarga yang selalu diliputi suasana permusuhan,
perselihan-perselihan dan kericuhan, sehingga tidak ada keharmonisan. Suasana
keluarga seperti itu dipengaruhi puls oleh utuh tidaknya keluarga itu. Keluarga
yang masih utuh, masih lengkap adanya ayah dan ibu, lain suasananya dengan
keluarga yang ridak utuh. Ketidak utuhan keluarga ada bermacam-macam pula; ayah
sudah meninggal, atau ibu sudah meninggal, keluarga dengan seorang ibu tiri
atau ayah tiri, dan sebagainya.
Pengaruh
lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat
mendalam dan menentukan perkembangn pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebab
karena :
1. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama
2. Pengaruh yang diterima anak itu masih terbatas jumlah dari
luasnya
3. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus
menerus siang dan malam
4. Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta
bersifat intim dan bernada emosional.
Makin
banyak anggota keluarga ,makin kompleks pula sifat interaksi personal yang
diterima anak sebagai anggota keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua
para ahli mengakui bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan yaitu
perubahan kearah yang lebih maju, lebih dewasa dan Kepribadian adalah
organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan
penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Maka pengertian
perkembangan kepribadian adalah terjadinya perubahan organisasi sistem jiwa
raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang
unik terhadap lingkungannya kearah lebih maju atau lebih dewasa.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian ada 3 faktor ; Pertama,
faktor Biologis yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering kali
disebut asfek fisiologi, seperti; Ia lapar kalau tidak makan selama dua puluh
jam, perubahan besar, berat, tinggi, dan lain-lain yang berhubungan dengan
biologis/fisiologi. Kedua, faktor sosial yaitu masyarakat; yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang
bersangkutan. Ketiga, faktor budaya yaitu termasuk di dalamnya tradisi-tradisi,
adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam
masyarakat itu yang mempengaruhinya.
B. Saran
Jika
keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang dimiliki oleh
orang tersebut,
sehingga ikutilah orang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar